hidup tanpa hape, bisa?

05:25

liburan kemarin, iseng saya pergi menyambangi teman di Surabaya. didorong rasa kangen yang udah tumpeh-tumpeh sementara temen saya itu (sok) sibuk banget sampe ngga ada waktu buat ketemu temennya, akhirnya saya bela-belain kesana sendirian. eits, sayangnya yang mau saya ceritain bukan bagian bertemu teman saya ini.

jadi, saya berangkat naik kereta penataran pertama pagi itu. sorenya langsung pulang, masih bersama penataran. kereta murah lima ribuan yang malang-surabaya bisa sampe lebih dari tiga jam ditambah hobi banget ngaret.

di kereta paginya, saya langsung loncat naik (karena udah telat dan kereta udah mau berangkat) dan langsung duduk di tempat kosong yang ada (maklum kereta murah, bukan pesawat, kebanyakan penumpang tidak duduk sesuai nomer kursi) dan kemudian langsung tertidur (ya namanya juga liburan jadi ga biasa bangun pagi dan masih ngantuk).

sorenya, saya lagi-lagi duduk secara random karena tempat duduk saya ditempati orang lain. tapi kali ini, pemilik kursi asli datang dan mengusir saya. sayapun kemudian pindah. tapi lagi-lagi saya diusir. akhirnya saya duduk di sebelah bapak-bapak, umurnya mungkin udah 50-60an, berbadan tinggi besar, berkulit hitam, berjenggot, menyeramkan lah pokoknya. satu-satunya barang yang dibawa bapak tersebut adalah minuman berwarna kuning keoren-orenan (?) di dalam botol akua bekas 1,5 liter dan hampir terisi penuh. berdasarkan warna dan kekentalan cairan, saya asumsikan itu adalah nutrisari.

oke, abaikan nutrisarinya.

nah, akhirnya saya pun duduk di sebelah bapak tersebut sambil takut-takut. saya nggak berani tidur meskipun badan sudah superduper capek, takut diapa-apain sama si bapak serem. tapi belum setengah perjalanan, tiba-tiba terdengar suara berisik dari kursi seberang saya.

ternyata saat itu di seberang saya ada seorang mbak-mbak bermake-up tebal sedang video-callan sama bule memakai tabletnya. bahasa inggrisnya sesukanya, yang penting si lawan bicara paham. agak lama mbak-mbak itu 'berbicara' dengan tabnya. dan selama itu pula saya memperhatikan dan mencoba memahami apa yang mereka bicarakan. sampai akhirnya, tiba-tiba bapak-bapak di sebelah saya bersuara: saya sebenarnya dari dulu nggak pernah punya hape."

saya langsung menoleh ke sebelah. ternyata bapak tersebut juga memperhatikan si mbak tadi. tapi, kok bisa hari gini nggak punya hape? gimana cara menghubungi keluarganya? teman-temannya? sepasang suami istri di depan saya (kursi keretanya berhadap-hadapan) yang sedari tadi diam saja, langsung tertarik untuk bertanya pada bapak di sebelah saya: "kok bisa nggak punya hape pak?"

ternyata bapak tersebut lebih suka menemui orangnya langsung daripada melalui handphone, seperti yang sedang dilakukannya saat itu. jadi ternyata bapak itu adalah orang malang, anaknya yang kecil mondok di surabaya. kebetulan ia sedang rindu, jadilah ia menemui anaknya. berangkat pagi, pulang sore.

bukannya tidak mampu membeli hape, katanya. istrinya punya hape, meskipun hanya digunakan saat urgent. anak-anaknya pun dibelikan handphone yang mereka mau. toh hape sekarang bukan barang mewah, malah cenderung menjadi kebutuhan pokok. tidak seperti tahun-tahun lalu. ia kemudian mengenang (sambil sesekali meminum nutrisarinya) masa-masa 10-20 tahun yang lalu saat handphone masih besar dan berat dan layarnya kecil serta pulsa masih mahal.

menjauhkan yang dekat tapi mendekatkan yang jauh, jawab si bapak saat ditanya alasannya kenapa ga punya hape. kata si bapak, orang-orang jaman sekarang banyak yang lupa diri kalau sudah pegang hape. kecanduan. lupa sekelilingnya. main hape terus-menerus padahal belum tentu itu penting.

mendengarkan keluhan si bapak, saya langsung berkaca pada diri saya sendiri. hape, dibilang kebutuhan pokok sih, bukan. beberapa bulan yang lalu saya sempat kehilangan hape dan nggak berani minta lagi ke orang tua karena hape yang hilang itu masih satu minggu umurnya. akhirnya selama berminggu-minggu saya memakai hape biasa yang hanya bisa untuk sms dan telepon.

hampa. ada yang kurang rasanya. nggak bisa check-in path, kepoin instagram olshop ataupun artis-artis, curhat di timeline twitter ataupun line, dan lain-lain. tapi lama-lama saya terbiasa. saya bisa. dan saya sadar. bahwa yang saya lakukan di hape tidak semuanya penting. curhat di berbagai sosial media, apa guananya? apalagi check-in, memangnya ada yang peduli?

kalau kamu, bisa nggak hidup tanpa hape? :)))

You Might Also Like

3 Comments

  1. kemajuan teknologi memang berdampak besar terhadap pribadi seseorang. termasuk ketergantungan akan smartphone (nggak usah jauh jauh ke hp juga sih hehe). semua itu karena trend yang beredar di kalangan masyarakat Indonesia.

    sebenarnya memiliki bukanlah suatu hal yang salah, asal dipergunakan seperlunya saja. kalau perlu waktu kumpul dengan keluarga atau teman coba matikan paketan data smartphonemu. hehehehe.

    btw, saya termasuk aktif di medsos twitter, semoga diberi pencerahan supaya tidak kian menjadi candu. :))))

    BalasHapus
  2. iya.. bener tuh...

    dulu jaman BBM cuma bisa dari BB... sering tuh duduk bareng temen2 tapi pada sibuk bbm-an semua.. bagi gue yang gak pake BB hanya bisa duduk terpaku memandang betapa anehnya temen2 gue... lol

    Pecinta Bola Gabung di Sini

    BalasHapus
  3. deaaaaaa aku rindu hahah. keep posting lah deee

    BalasHapus

Instagram