Tanda berakhirnya pelajaran sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu. Dengan cepat aku berlari keluar kelas, mataku tambah panas saja menatap semua kemunafikan ini. Biarlah, kutuntaskan dulu konflik internal dalam hati.
Dan sekarang, disinilah aku, menangis sendirian diparkiran sekolah. Di bawah pohon, berjongkok, dan terisak. Membuang semua yang menyesakkan hati. Tidak ada yang melarang, bukan?
“Hei!” sebuah suara anak laki-laki mengagetkanku, menarik diriku kembali dalam kenyataan. Keluar dari tangisan yang telah memelukku entah berapa lama. “Sedang apa disini?”
“A.. akuu…” jawabku terbata sambil mengusap cairan hangat yang keluar dari mata dan bercampur dengan lendir dari hidung, menciptakan sebuah komposisi asin yang mengalir tanpa sengaja menuju lidah.
Dan sekarang, disinilah aku, menangis sendirian diparkiran sekolah. Di bawah pohon, berjongkok, dan terisak. Membuang semua yang menyesakkan hati. Tidak ada yang melarang, bukan?
“Hei!” sebuah suara anak laki-laki mengagetkanku, menarik diriku kembali dalam kenyataan. Keluar dari tangisan yang telah memelukku entah berapa lama. “Sedang apa disini?”
“A.. akuu…” jawabku terbata sambil mengusap cairan hangat yang keluar dari mata dan bercampur dengan lendir dari hidung, menciptakan sebuah komposisi asin yang mengalir tanpa sengaja menuju lidah.