Awalnya, ini minggu pagi yang tidak terlalu cerah. Sampai aku iseng membuka account e-mail dan melihat ada tiga e-mail baru. Dua e-mail promosi dari online shop dan satu dari ...... kamu!
Aduh, rasanya gloomy Sunday langsung berubah jadi sunny Sunday. Burung-burung berterbangan, rerumputan memantulkan cahaya matahari, dan bunga-bunga bermekaran dengan begitu indah.
Aku langsung baca e-mail dari kamu.
Aku mengernyitkan dahi. Ada file attachement di e-mail itu. Langsung aku download. Sebuah foto. Wajahmu—yang tetap saja tampan—diantara pohon-pohon Ginkgo biloba yang daunnya kekuningan dan berguguran. Mungkin itu yang kamu sebut Heidelberg. Cantik.
Tapi siapa perempuan yang akan kamu temui? Sejak aku berkenalan denganmu di SMA, kamu tidak pernah cerita tentang perempuan. Bahkan, kukira kamu akan menemukan wanita idamanmu saat kamu kuliah di Jerman. Seberapa hebat kah perempuan itu sampai bisa membuatmu tiba-tiba pulang ke Indonesia?
Ah, ternyata pagi itu memang mendung.
Apa kalian tau gimana rasanya jadi perempuan yang sedang jatuh cinta? Kalau kamu laki-laki, kamu harus tau. Kalau kamu perempuan, pasti lah tau. Perempuan normal mana yang tidak pernah tau rasa jatuh cinta? Tapi rasa sakit jatuh cinta, kamu pernah tau gimana?
Perempuan jatuh cinta itu ada dua macam. Pertama, mereka yang selalu blak-blakan mengutarakan cinta. Dan kedua, mereka yang memilih diam ketika jatuh cinta. Kalau disuruh memilih, aku langsung pilih nomer dua!
Kalau kata orang, jatuh cinta yang ditahan untuk keluar sama seperti menahan kentut. Bikin penyakit. Tapi bagi sebagian perempuan—terutama mereka yang memilih diam seperti aku—mengutarakan perasaan ketika jatuh cinta adalah merendahkan diri.
Dari dulu, perempuan itu untuk dikejar. Jangan sampai keistimewaan seperti ini jadi sia-sia hanya karena cinta. Lagipula, cinta bukan hanya sekedar kata. Ada cara lain untuk mengungkapkan, salah satunya adalah dengan bersabar.
Aduh, rasanya gloomy Sunday langsung berubah jadi sunny Sunday. Burung-burung berterbangan, rerumputan memantulkan cahaya matahari, dan bunga-bunga bermekaran dengan begitu indah.
Aku langsung baca e-mail dari kamu.
Hai, jelek! Apa kabar? Minggu depan aku pulang. Ada urusan super-penting! Ini Heidelberg, dia cantik sekali. Aku mau ke Indonesia, ada perempuan yang harus kuajak melihat kastil Heidelberg.
Aku mengernyitkan dahi. Ada file attachement di e-mail itu. Langsung aku download. Sebuah foto. Wajahmu—yang tetap saja tampan—diantara pohon-pohon Ginkgo biloba yang daunnya kekuningan dan berguguran. Mungkin itu yang kamu sebut Heidelberg. Cantik.
Tapi siapa perempuan yang akan kamu temui? Sejak aku berkenalan denganmu di SMA, kamu tidak pernah cerita tentang perempuan. Bahkan, kukira kamu akan menemukan wanita idamanmu saat kamu kuliah di Jerman. Seberapa hebat kah perempuan itu sampai bisa membuatmu tiba-tiba pulang ke Indonesia?
Ah, ternyata pagi itu memang mendung.
***
Apa kalian tau gimana rasanya jadi perempuan yang sedang jatuh cinta? Kalau kamu laki-laki, kamu harus tau. Kalau kamu perempuan, pasti lah tau. Perempuan normal mana yang tidak pernah tau rasa jatuh cinta? Tapi rasa sakit jatuh cinta, kamu pernah tau gimana?
Perempuan jatuh cinta itu ada dua macam. Pertama, mereka yang selalu blak-blakan mengutarakan cinta. Dan kedua, mereka yang memilih diam ketika jatuh cinta. Kalau disuruh memilih, aku langsung pilih nomer dua!
Kalau kata orang, jatuh cinta yang ditahan untuk keluar sama seperti menahan kentut. Bikin penyakit. Tapi bagi sebagian perempuan—terutama mereka yang memilih diam seperti aku—mengutarakan perasaan ketika jatuh cinta adalah merendahkan diri.
Dari dulu, perempuan itu untuk dikejar. Jangan sampai keistimewaan seperti ini jadi sia-sia hanya karena cinta. Lagipula, cinta bukan hanya sekedar kata. Ada cara lain untuk mengungkapkan, salah satunya adalah dengan bersabar.